Senin, 17 September 2012


Kesimpulan Kelompok Mengenai Teori Belajar Skinner

0

Lisa Chairani (10-015)
Juannita Sari Br.Tarigan (10-019)
Christian Yosie WS (10-099)
Christin Siahaan (10-107)

           Kesimpulan yang kami peroleh setelah melakukan diskusi dan membuat tugas individu mengenai pengalaman pribadi yang kemudian dianalis menggunakan teori belajar dari skinner dimana seperti yang kita ketahui bahwa teori umum dari Skinner adalah Skinner Box, yaitu dimana seekor tikus disetrum dengan tegangan rendah, apabila tikus menyentuh dinding kotak setrum maka tegangan akan dihilangkan (dihentikan). Respon menyentuh tembok akan diperkuat (tikus makin sering menyentuh tembok) karena respon ini akan menghentikan setrum. Dalam situasi itu, setrum adalah stimulus diskriminatif , responnya adalah menyentuh tembok dan peenguatnya adalah penghentian setrum, secara spesifik, penguat negative didefenisikan sebagai stimulus pengurangan atau penghilangan yang memperkuat perilaku (Skinner, 1989, h 127; Margaret learning and instruction, h128).
          Seperti contoh pengalaman individu kelompok kami yaitu perilaku yang terjadi semua dikarenakan stimulus, dan ketika stimulus diberikan respon maka respon tersebut akan meningkat serta mengubah perilaku dengan penguat positif ataupun negatif yang diasumsikan sebagai tipe penguatan akhir, hal ini di karenakan adanya stimulus diskriminatif dalam kehidupan sehari hari.
Stimulus diskriminatif tersebut membuat kita akan merespon stimulus tersebut serta mengakibatkan kita memperoleh konsekuesi sesuai dengan respon yang kita berikan. Konsekuensi tersebut nantinya yang akan menjadi penguat perilaku kita.  Kita memperkuat atau meningkatkan frekuensi perilaku yang postif atau negatif tergantung kepada konsekuensi yang kita dapatkan dari hasil stimulus respon yang kita lakukan sebelumnya. 
          Jika dikaitkan dengan pembelajaran, hal ini terkadang bagus untuk dijadikan pendekatan bagi anak-anak, yaitu untuk menghasilkan perilaku yang kita inginkan dari anak-anak seperti rajin belajar, tidak nakal, dll kita bisa membuat stimulus diskriminatif yang bisa menghasilkan perilaku baru atau menghasilkan perilaku yang kita inginkan dari anak tersebut, seperti diberi permen jika tugasnya sudah selesai, di beri reward jika meraih juara, tidak di beri hadiah jika tidak meraih juara, dsb. mungkin hal ini akan direspon baik oleh anak, dan alahasil, respon yang diberikan oleh anak menghasilkan perilaku baru atau perilaku yang kita inginkan, kemudian konsekuensi yang diperoleh nantinya akan memberikan sebuah penguatan bagi perilaku anak tersebut. dia akan terus melakukan hal yang sama jika stimulus dan konsekuensi yang didapatkan oleh anak sama. Tapi hal ini juga akan mengalami masalah, karena anak belajar bukan karena keinginan pengetahuan mereka sendiri tapi karena ada sesuatu yang ingin mereka dapatkan ( konsekuensinya ). 

0 komentar:

Posting Komentar