Teori-Teori Belajar Awal
Behaviorisme didirikan oleh seorang tokoh bernama B. Watson. Behaviorisme menjadi aliran dominan dari 1920-an, namun ia tidak sepenuhnya bebas dari penantang. Pendapat yang menantangnya, yakni psikologi Gestalt, menekankan pada pentingnya persepsi pemelajar dalam situasi pemecahan masalah dan karenannya ia membahas persoalan kognisi.
Pengkondisian Klasik dan Koneksionisme
Ada 2 pendekatan awal untuk mempelajari perilaku yaitu : pengkondisian klasik dan koneksionisme. keduanya memprioritaskan belajar dan berhasil mengolah berbagai perilaku dalam laboratorium.
Argumen Dasar Behaviorisme
Jhon Watson mendukung studi perilaku karena semua organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respon, dan respon-respon tertentu biasanya disebabkan oleh peristiwa (stimuli) tertentu. Dengan mempelajari perilaku, psikolog akan mampu untuk memprediksi respon yang ditimbulkan lewat stimulus, dan sebaliknya.
Setelah mendalami studi perilaku dan membaca sebuah riset karya Bekheterev, Watson semakin yakin bahwa kontrol perilaku didunia nyata akan segera dapat dilakukan.
Asumsi Dasar
Behaviorisme merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar. Yaitu:
1. Fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi verbal atas kejadian.
2. Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli spesifik dan respon spesifik).
3. Proses belajar adalah perubahan behavioral.
Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks
Eksperimen terkenal terhadap refleks dilakukan di laboratorium Ivan Pavlov. Eksperimennya tersebut melibatkan seekor anjing. Dimana dia melihat reaksi tidak sengaja antara suara, liur, dan respon anjing.
Pavlov dan Kaum Bolshevik
Masa-masa revolusi Bolshevik (1917-1921) adalah masa-masa sulit bagi Pavlov, keluarganya, dan laboratoriumnya. Rumah Pavlov beberapa kali dicari-cari, hendak dibakar, dan keluarganya melarikan diri dari tempat di mana ia tinggal di sekitar Institute of Experimental Medicine.
Pada Juni 1920, saat berusia 70 tahun. Pavlov menulis surat kepada pemerintah untuk minta izin beremigrasi. Kemudian ia menerima tunjangan hidup, jatah makan yang dipilh sendiri, mendapatkan pekerjaan, dan dukungan laboratorium.
Riset di Laboratorium Pavlov
Riset di laboratorium Pavlov ini penting karena 2 sebab.
1. Menunjukkan bahwa reaksi keluarnya air liur adalah reflex.
2. mengubah relasi alamiah antara stimulus dan reaksi itu dianggap sebagai terobosan penting dalam studi perilaku.
Paradigma Pengkondisian Klasik
Proses pengkondisian klasik terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Pra eksperimental, relasi alami antara stimulus dan reaksi.
2. Periset memasangkan stimulus asli dengan stimulus baru yang tidak ada kaitannyadengan reaksi.
3. Percobaan berulang-ulang.
Konsep Terkait
Efek dari pengkondisian Pavlovian adalah :
a. munculnya riset terhadap kelangsungan hidup hewan di lingkungan alam
b. perkembangan proses yang disebut kontra pengkondisian (counter-conditioning)
Pengkondisian Klasik dan Reaksi Obat
Dalam riset Pavlov, reaksi air liur yang keluar saat melihat orang memberi makan (reaksi terhadap petunjuk
pra-makan) adalah model pengembangan toleransi obat adiktif (CCRs yang merespons pada konteks
pemberian obat yang biasa).
Behaviorisme John Watson
Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara:
1. Dia mengorganisasikan temuan riset pengkondisian kedalam perspektif baru, yakni behaviorisme, dan membujuk psikolog lain untuk memahami arti penting dari pendapatnya.
2. Kontribusi dari karyanya adalah memperluas metode pengkondisian klasik kerespon emosional pada manusia.
3. Karyanya meningkatkan status belajar sebagai topik dalm psikologi.
Teori Emosi
Watson mengidentifikasi tiga reaksi emosional bayyi yang bersifat naluriah, yaitu reaksi yang terjadi
secara alami. Reaksi tersebut adalah cinta, marah dan takut (Watson, 1928; Watson & Morgan, 1917).
Watson sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan
emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian ke objek/kejadian lainnya (Watson & Morgan, 1917).
Watson menunjukkan teorinya dalam eksperimen dengan Albert, bayi berusia 11 bulan. Reaksi takut Albert
dikondisikan ke tikus putih dan reaksi ini ditransfer ke kelinci putih.
Koneksionisme Edward Thorndike
Thorndike dirujuk sebagai sebagai teori bahavioris, tetapi ia berbeda dengan pengkondisian klasik
dalalam dua hal. Pertama, Dia tertarik dengan proses mental. Kedua, Thorndike meneliti perilaku mandiri
atau sukarela. Thorndike memilih bereksperimen dalam kondisi terkontrol untuk mengembangkan teorinya.
Teori Thorndike ini dikenal sebagai koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara stimuli
particular dengan perilaku mandiri.
Hasil penelitian Thorndike terhadap beberapa hewan, Dia mengidentifikasi tiga hukum belajar.
Pertama, hukum efek (laws of effects) menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respons
akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan
melemahkan koneksi tersebut. Hukum efek penting karena dapat mengidentifikasi mekanisme baru dalam
proses belajar.
Kedua, hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan atau repetisi dari pengalaman akan
meningkatkan peluang respons yang benar.
Ketiga, hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatru keadaan yang disebut
sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.
Psikologi Gestalt
Fokus awal riset Gestalt adalah pengalaman persepsi. Bersama dengan Kurt Koffka dan Wolfgang
Kohler, Wertheimer mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan konsep ini ke belajar dan
pemikiran.
Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa:
a. Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
b. Proses ini konstruktif karena individual sering menstransformasikan input visual yang tidak lengkap ke dalam citra perseptual yang lebih jelas.
Teori ini memantapkan studi eksperimental atas persepsi dan psikologi sosial. Teori ini juga menimbulkan
pertanyaan baru tentang pemecahan masalah-masalah dan pemikiran.
PERBANDINGAN ANTARA BEHAVIORISME DAN GESTALT
Kedua teori ini mengilustrasikan perkembangan pengetahuan melalui pengukuran yang akurat dan riset dalam kondisi yang terkontrol.
Aplikasi ke Pendidikan
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku dan mengidentifikasi stimuli dan respons spesifik sebagai focus riset, sedangkan psikologi Gestalt berpendapat bahwa seseorang merespons stimuli yang terorganisasi dan persepsi perorangan adalah faktor penting untuk memecahkan masalah.
Behaviorisme
Pengkondisian klasik menunjukkan bahwa penjajaran stimuli dapat menghubungkan reaksi terhadap stimuli baru. Pengkondisian klasik juga membahas aspek-aspek dari situasi sehari-hari, misalnya untuk hari pertama anak, di kelas taman kanak-kanak dan sekolah dasar, aktivitas yang dilakukan haruslah kegiatan yang dapat menghindari asosiasi kecemasan dan perasaan negative lainnya terhadap latar sekolah.
Psikologi Gestalt
Isu yang diangkat psikologi Gestalt untuk masalah pendidikan adalah soal makna, pemahaman, dan wawasan yang merupakan karakteristik manusia. Komputer, dapat menjadi pemecah masalah manusia, setelah masalahnya dipahami.
Kesulitan dalam mengaplikasikan perspektif Gestalt di kelas adalah kurangnya prinsip yang terdefinisikan dengan jelas. Periset Gestalt mengemukakan beberapa saran untuk pembelajaran memecahkan masalah, yaitu :
1. membuat tugas dalam belajar di dalam situasi yang konkrit dan akurat.
2. asistensi selama pemecahan masalah tidak boleh berupa prosedur pengulangan dan peniruan.
0 komentar:
Posting Komentar